Masih ingat dengan Kartu pos? Kapan
terakhir kali kamu mengirim surat atau kartu pos? Sebagian besar pasti menjawab
“sudah lama sekali” atau bahkan “tidak pernah”. Ya jawaban seperti ini tentu
tidak heran karena jaman sudah berubah menjadi “generasi gadget”, dan membuat
aktivitas berbau pos sudah menjadi hal yang sangat asing. Karena seiring
berkembangnya teknologi dan kemudahan berkomunikasi melalui sms, bbm, facebook,
twitter atau video call menjadi pilihan yang tepat untuk sekarang ini.
Jauh sebelum dunia jejaring
sosial berbasis online hadir, kartu pos dan surat menjadi salah satu bentuk
interaksi sosial yang populer, ya bisa dibilang sebagai media jejaring
sosialnya tempo dulu. Balas-balasan surat menjadi keasyikkan tersendiri ,
apalagi menunggu pak pos datang mengantar surat balasan mempunyai perasaan
tersendiri yang berkesan.
Lalu setelah kecanduan dengan
surat menyurat ada juga orang-orang yang senang dengan filatelis. Sang
Filatelis biasanya sangat hobi mengkoleksi perangko atau kartu pos yang
disimpan secara apik. Bahkan pada eranya komunitas filateli merupakan wadah
jejaring sosial tersendiri.
Surat menyurat dan filateli dalam
proses pembuatannya terkadang memerlukan kreativitas yang tinggi selain hanya
menulis seperti keahlian menyusun kata agar menarik dibaca si penerima surat
nantinya. Terkadang terkandung pantun yang menghadirkan canda tawa tersendiri
antara si pengirim dan penerima. Yang paling umum biasanya pantun empat kali
empat sama dengan enam belas, sempat tidak sempat agar dibalas, lucunya kalau
mengingat masa-masa itu.
Di dalam majalah anak-anak yang
sangat terkenal pada tahun 1970 sampai akhir 1990 juga menerapkan hal ini
dengan nama rubriknya yang terkenal dengan “Sahabat Pena” . Sahabat Pena
mempunyai halaman tersendiri tepat dibelakang cover yang berisi foto dan alamat
anak-anak dari berbagai daerah di Indonesia. Biasanya Sahabat Pena yang paling
menarik dapat dilihat dari prestasi yang juga tercantum di dalam profilnya.
Ya intinya menurut Saya sih semua
orang dari dulu senang bersosialisasi dan lebih spesifiknya lagi bertukar
cerita satu sama lain, sejak dahulu menggunakan surat dan kartupos sampai saat
ini melalui sosial media internet. Bagi yang pernah merasakan jamannya
surat-suratan sampai sekarang twitteran keduanya memiliki kesan yang berbeda. Apa sih hal yang paling berkesan kamu waktu surat-suratan jaman dulu?
No comments:
Post a Comment